Catatan untuk berbagi

Jumat, 13 Maret 2015

NGOMPOL, MASALAH YANG SELAMA INI MENGGANGGU KU



Ditulis oleh : Sriyono, S.Kom.

Hari itu pekan pertama si Boy memulai hidup baru di sekolah berasrama.  Dengan diantar mitra daerah Jambi,  si Boy pun merasa bahagia dan rasa penuh haru disambut oleh kakak kelas yang sangat ramah. Walaupun tidak diantar oleh ayah dan ibunya seperti beberapa teman lain yang diantar dan dilepas oleh kedua orang tuanya yang dicintainya. Ditambah lagi setelah dua hari di sekolah berasrama itu, dirayakanlah hari wisuda angkatan sebelumnya yang cukup meriah walaupun sederhana. Wah… semakin aku terharu dan yang pasti memperkuat tekadku untuk sukses disekolah barunya ini, “gumam si Boy”.
Tapi ditengah-tengah rasa bahagia itu terselip perasaan was-was yang selama ini ditakutkan oleh ibunya saat awal memutuskan untuk belajar disekolah berasrama. Pada awalnya, Ibu yang dicintainya mengkhawatirkan kalau belajar disekolah berasrama akan membuat pihak sekolah kewalahan menangani kebiasaan yang sudah dialaminya sejak kelas 2 Sekolah Dasar, yaitu mengompol saat tidur malam. Bahkan pada saat ada keinginan dari Si Boy untuk melanjutkan sekolah jauh dari orang tua yaitu berasrama, sempat ibu melarangnya. Namun tekad si Boy sanggat luar biasa, sehingga dapat membendung kekhawatiran dari ibunya.

Pandangan hari pertama
Saat hari pertama si Boy menginjakkan kakinya di kampus SMART Ekselensia Indonesia ia ditempatkan Asrama, nama Asramanya adalah Darussalam. Seperti tahun-tahun yang lalu, setiap akan kedatangan siswa baru disiapkan fasilitas kamar yang baru, khususnya kasur, seprai, selimut dan lain-lain. ”Sudah dapat ditebak, pastilah terasa menyengat aroma barang-barang baru dikamar tersebut”. Dan saat memasuki kamar dengan fasilitas baru tersebut, tiba-tiba terlintas dengan jelas dibenak si Boy dari ungkapan terakhir ibunya, “Nak…  jangan ngompol lagi disana ya…? Takut ngerepotin sekolah…!” dengan nada yang memelas dan mata ibunya yang berkaca-kaca. Kata-kata ini lah yang membuat aku was-was…. Tegas si Boy dalam fikirannya yang selalu terinyang-iyang.

Kekhawatiran itu terjadi, gimana ya...
Dan ternyata benar, apa yang dikhawatirkan dan diwanti-wanti oleh ibuku, terbukti juga. Hari pertama saja aku sudah ngompol. Waduh, gawat nih, jangan sampai ketahuan teman-teman dan wali asramaku, gumam si Boy. Hari-hari pun berlalu, kini semua siswa diasramaku dan wali Asrama sudah mengetahui semua yang selama ini aku khawatirkan dan sembunyikan, semakin menambah kebingunganku banyak teman-teman yang mengejekku, maklumlah siswa kelas 1 SMP masih seneng-senengnya mengejek. Dan dibenakku kadang-kadang muncul pertanyaan besar dan kepasrahan, “mengapa aku dilahirkan sebagai anak yang tukang ngompol..? ya.. Allah, bantulah aku agar tidak ngopol lagi…. Aku malu ya Allah…, tolonglah aku ya Allah…, ku sampaikan doa ini berulang-ulang, sampai suatu ketika terasa saat mengungkapkan doa ini membuat dada bergemuruh dan terkadang sampai meneteskan air mata.

Pertemuan khusus dengan Wali Asrama
Malam itu sekitar jam delapan, selepas makan malam Wali Asramaku Ust. Rio menghapiriku dan kami dialog sampai jam sepuluhan. Ditengah-tengah dialog itu fikiranku melayang dan aku merasa kok masih ada orang yang mau memperhatikan diriku yang sudah banyak merepotkan dan mengganggu banyak orang dengan kebiasaan yang buruk ini. Wong ibuku saja yang merupakan ibu kandungku sering kali memaki-maki dan memarahiku gara-gara kebiasaanku ini bahkan sesekali aku dipukul.  Tapi disini aku diberikan perhatian yang sangat baik dari Ustad-ustadku serasa para ustad disini adalah orang tuaku sendiri yang penuh perhatian dan kehangatan.  Dalam sela-sela pertemuan itu terjadilah dialog.
Ustad         : Boy…, maaf, sebenarnya, Ustad Rio sudah mengetahui permasalahan yang sedang kamu alami,  apalagi teman-temanmu sering mengejek kamu, ustad memahami bagaimana perasaanmu saat diejek dan ustad yakin kamu juga pasti engga mau kalo kamu tiap malam mengompol kan..?
Si Boy         : Iya Ustad, itu sudah pasti. Bahkan saya merasa malu bahkan kesal dengan kebiasaan ini. Kenapa Cuma saya yang mengalami masalah ini. “Dengan nada agak mengeluh”.
Ustad          : ya udah, kamu sabar aja ya…, ini ujian dari Allah. Insyaallah ustad akan bantu kamu agar kamu bisa keluar dari masalah ini. Tapi kamu harus sungguh-sungguh mau menghilangkan kebiasaan ngompol ini ya …?
Si Boy         : Oke ustad.
Ustad          : Dan jangan lupa selalu berdoa ya…
Si Boy         : Insyaallah Ustad…



Terapi demi terapi dilakoni
Setelah pertemuan itu, keesokan harinya Ustad Rio langsung dialog dengan guru BK dan beberapa hari kemudian bertemulah si Boy dengan guru BK untuk diterapi, namun kebiasaan itu belum juga ada perubahan setelah diterapi antara 2-3 pekan, karena memang ini kebiasaan sejak kecil yang tidak mudah untuk penyembuhannya, dan akhirnya direkomendasikan kelanjutan terapinya ke Psikolog.
Dan setelah bertemu Psikolog, si Boy diberi tugas untuk mengangkat kaki tiap pagi bangun tidur dan malam hari sebelum tidur, ini dilakukan untuk memperkuat otot perut. Dan selalu mensugeti diri, dengan kalimat positif :”Saya engga boleh ngompol…!, terus kalimat positif ini diungkapan.  Ini dilakoninya sampai dua bulanan. Namun hasil belum menghampiri si Boy, dan kebiasaan itu masih ada dan tentunya masih sangat mengganggu.
Dan akhirnya Ust Rio mencoba bertemu dengan seorang teman yang pernah mempelajari Hypno Therapy, sebut saja namanya Mas Asrul. Ustad Rio mencoba menjelaskan persoalan yang sedang dialami anak binaannya ini, dan alhasil Beliau siap membantu dalam proses penyembuhan kebiasaan ngompol si Boy dan kesepakatan waktu terapi pun segera di tentukan.
Pada pertemuan perdana, Mas Asrul, Ustad Rio dan Si Boy bertemu dalam suasana kekeluargaan diruang jahit dan disana kita sengaja mengkondisikan suasana agar Si Boy mau terbuka tentang pengalaman masa lalunya, baik yang menyenangkan dan juga yang memilukan. Dan ternyata benar, Alhamdulillah, upaya yang sudah direncanakan membuahkan hasil. Dimana si Boy mau cerita dengan penuh emosi tentang masa lalunya.
Si Boy cerita bahwa sejak kecil, sering sekali mendengar ayah dan ibunya bertengkar entah apa yang diributkan, saya juga engga ngerti “kata Si Boy”. Apalagi ditambah saya sering mengompol dan ini membuat suasana keluarga semakin engga nyaman. Sering sekali saya jadi bahan pelampiasan marah dari ibu yang sedang kesal dengan ayah, karena waktu itu saya suka ngompol. Bahkan engga jarang saya dipukul gara-gara kebiasaan saya ini terutama kalau mereka habis bertengkar.
Memang semenjak saya masih kelas dua dan tiga sekolah dasar, walaupun ibu sering marah-marah karena saya ngompol, tapi ibu masih memberikan perhatian kepada saya, ibu juga masih mau membantuku menjemurkan kasur, mencucikan celana, sarung atau sepray yang kena ompol. Namun setelah naek kelas empat, Ibu udah merasa sangat kesal dengan kebiasaanku ini dan ibu udah engga mau mencucikan lagi semua barang-barang yang kena ompolan saya. Saya merasa Ibu udah engga mau pedulikan saya tentang masalah ini. Dan mulai detik itu saya harus mencuci semua pakaian dengan tangan saya sendiri dan saya juga merasa engga ada perhatian lagi dirumah.
Dan pada saat saya dapet informasi tentang adanya pendaftaran sekolah bebas biaya di wilayah Bogor, saya langsung terpikat dan bertekad untuk mengikutinya. Namun saat itu ibu melarangnya, karena takut saya ngerepotin pihak sekolah dengan kebiasaan ngompol. Begitulah secuplik cerita yang disampaikannya dan tak terasa si Boy bercerita sudah cukup lama.  
Pertemuan berikutnya, mulailah dilakukan terapi, yaitu dengan diberikan sugesti dengan cara memasuki alam bawah sadarnya dengan berbekal informasi dari cerita si Boy kemarin.  Dan pada terapi itu, si Boy diajak untuk melupakan semua masa lalu yang suram dengan men-setting kembali alam bawah sadarnya dengan hal-hal positif.  Ini dilakukan beberapa kali dalam sepekan. Dan setelah pekan kedua barulah ada sedikit pengaruh, dimana Si Boy sempat 2 kali tidak mengompol. Ini merupakan suatu kemajuan yang luar biasa setelah hari-harinya selalu ngompol. Ustad Rio dan mas Asrul yang membantu terapi ini merasa lebih optimis kalau usahanya akan berhasil, dan akhirnya merekapun lebih banyak berdialog untuk melanjutkan terapi ini. Dari pertemuan demi pertemuan ini diputuskan untuk mentherapi si Boy dengan reward dan punishmen.

Reward setelah ada perubahan
Setelah terlihat ada sedikit perubahan, maka dibuatlah suatu kesepakatan dengan si Boy, bahwa kalau si Boy bisa melakukan perubahan lebih baik pekan depan, akan diberikan reward. Akhirnya hari-hari si Boy, Ustad Rio dan Mas Asrul dijalani dengan penuh optimis. Di asramapun ustad Rio dan si Boy lebih sering berdialog dan sharring tentang perkembangan. Bahkan setiap pagi saat ustad rio membangunkannya selalu mengajukan satu pertanyaan, namun yang unik pertanyaan dan jawabannya hanya dengan bahasa isyarat, ini dilakukan untuk menghindari ejekan dari teman-temannya. Pertanyaannya adalah: “ Gimana hari ini..?” dan jawabannya hanya dengan isyarat mengacungkan jari jempol atau kelingking. Kalau jari jempol berarti tidak mengompol dan jari kelingking berarti masih ngompol.
Begitu pula saat menjelang tidur malam, dimana kerap kali ustad mengingatkan untuk terus mensugesti diri dan masuk kealam bawah sadar untuk membawa ke perubahan. Dan Alhamdulillah dari tujuh hari ada perubahan, dimana ustad mendapat jawaban 3 kali jempol dan 4 kali kelingking. Ini artinya ada peningkatan yaitu 3 kali tidak mengompol. Dan akhirnya sesuai dengan kesepakatan diberilah hadiah berupa makanan ringan. Dan saat membuka hadiah terlihat si Boy sangat senang karena merasa ada perhatian.
Setelah itu disampaikan lagi ke si Boy, kalau pekan depan meningkat maka akan diberikan reward yang lebih meningkat kwalitasnya. Akhirnya si Boy dengan tekad yang kuat siap akan berusaha untuk melakukan perubahan.
Dan singkat cerita, dipekan berikutnya dapat dihitung ternyata si Boy memberi jawaban atas pertanyaan dipagi hari dengan 6 kali jempol dan 1 kali kelingking. Dan ini perubahan yang sangat significan, akhirnya diberi hadiah berupa baju koko putih, dan si Boy terlihat sangat senang. Perubahan ini bertahan hingga 3 bulan, namun belum seratus persen bebas dari ngompol karena jika kecapean atau tidak sempat mensugesti diri, maka si Boy masih juga mengompol. Namun Ustad dan si Boy tetap bersepakat untuk terus berusaha dan konsisten untuk selalu mensugesti alam bawah sadar si Boy agar terus berubah dan terbebas dari ngompol.
Punishmen setelah ada perubahan
Masa lalu si Boy yang selalu di marahi, di labeling bahkan dipukul karena mengompol tetap masih membekas. Dan banyak nasehat dari ibu dengan kalimat jangan ngompol, jangan bikin malu dengan ngompol, jangan nyusahin orang tua dengan ngompol, jangan ngerepotin sekolah dengan ngompol dan kalimat larangan lainnya justru tidak membuat si Roy tidak ngompol, bahkan semakin sering ngompol.  Untuk itu akhirnya ustad Rio dan mas Asrul membuat kesepakatan dengan si Boy dengan kesepakatan terbalik dari terapi sebelumnya, yaitu kalau si Boy bisa merubah perilakunya untuk tidak ngompol 2 pekan berturut-turut, maka akan dihukum dengan push-up seratus kali, akhirnya si Boy, tersenyum dan mengatakan “ Oke saya siap ustad….” Akhirnya sampai 2 bulan berikutnya ternyata masih belum ada perubahan, karena masih saja ada ngompol 3-4 kali dalam 2 pekan. Dan pada bulan ke 3, ternyata sempat selama 2 pekan tanpa ngompol dan akhirnya si Boy dapat hukuman push up seratus kali. Tapi hukuman ini dilakukan dengan bertahap karena si Boy sendiri memang agak jarang olahraga apalagi push-up. Setelah itu akhirnya tiap 2 pekan sekali si Boy harus menjalani hukuman push-up 100 sekali, dan ini hanya berlangsung satu setengah bulan saja. Dan paska itu sama sekali tidak ada hukuman lagi, karena dianggap si Boy sudah sembuh dengan permanen.
Dan saat tulisan ini dibuat, Alhamdulillah sudah 7 bulan berturut-turut si Boy tidak mengompol lagi. Ini berarti si Boy sudah sembuh dari kebiasaan yang selama ini menjadi masalah besarnya.


0 komentar:

Posting Komentar