Catatan untuk berbagi

Muslim paling utama yang menjaga lisannya

- Ketika Rasulullah ditanya tentang orang yang paling utama dari orang-orang Islam, beliau menjawab: مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ “(Orang Islam yang paling utama adalah) orang yang orang lain selamat dari kejahatan tangan dan lisannya.” (Sahih, HR. al-Bukhari no. 11 dan Muslim no. 42)

Nasehat indah Imam Syafi'i

1. Biarkan saja hari-hari berbuat sesukanya, dan lapangkanlah jiwamu jika qodlo’ telah ditetapkan. 2. Janganlah engkau berduka atas apa yang terjadi, tidak ada apa pun di dunia ini yang abadi. 3. Jadilah engkau laki-laki yang tangguh, perangaimu penuh toleransi juga menepati janji

Aktivitas Sosial bersama anak SMART Ekselensia Indonesia Bulan Maret 2015

Salah satu program dalam pembentukan karakter siswa, terutama pembentukan karakter dalam menumbuhkan kepekaan sosial siswa, menumbuhkan rasa syukur dan membentuk jiwa berbagi dengan sesama. Semoga anak-anak SMART Ekselensia Indonesia dan anak yatim dan yatimah menjadi anak-anak yang sholih dan sholihah... Aamiin.

Berbagi ditengah Kemiskinan sang Ibu Tua

Saat itu kira-kira jam sepuluhan pagi, saat saya dan karyawan lain dikantor tempat saya bekerja, tiba-tiba dikejutkan dengan kedatangan seorang ibu tua dengan pakaian muslimah yang sangat sederhana namun rapi, beliau mengetuk ruang kerja saya dan sebagai mana standar penerimaan tamu saya pun menanyakan tujuan dan maksud kedatangan ibu tua tadi.

Mengajar dan Mendidik Harus Menjadi Satu Kesatuan dalam Membentuk Karakter

Kita melihat potret generasi muda hari ini, banyak sekali terjadi tawuran pelajar, narkoba dan prilaku menyimpang lainnya. Siswa binaan yang kita didik baik disekolah atau pesantren adalah amanah yang Allah berikan kepada kita, sehingga seorang guru yang baik adalah guru yang memiliki kemampuan mengajar dan sekaligus mendidik

Senin, 30 Maret 2015

Aktivitas Sosial bersama anak SMART Ekselensia Indonesia Bulan Maret 2015


Foto kegiatan rihlah ruhiyyah 
bersama siswa-siswa SMART Ekselensia Indonesia

Salah satu program dalam pembentukan karakter siswa,  terutama pembentukan karakter dalam menumbuhkan kepekaan sosial siswa, menumbuhkan rasa syukur dan membentuk jiwa berbagi dengan sesama.  Semoga anak-anak SMART Ekselensia Indonesia dan anak yatim dan yatimah menjadi anak-anak yang sholih dan sholihah... Aamiin.

Pengarahan sebelum aksi
Lokasi Kunjuan Sosial


Awal tiba di Panti Darussholihin Salabenda 

Pembukaan oleh Ust. Sriyono
Sesi Sharring
Sesi Sharring
Sesi Sharring 
Serah terima Sumbangan oleh Ust. Sriyono ke Ust. Irvan


Games di komandoi Siswa SMART E.I









Foto Perpisahan

Berbagi ditengah Kemiskinan sang Ibu Tua

Saat itu kira-kira jam sepuluhan pagi, saat saya dan karyawan lain dikantor tempat saya bekerja, tiba-tiba dikejutkan dengan kedatangan seorang ibu tua dengan pakaian muslimah yang sangat sederhana namun rapi,  beliau  mengetuk ruang kerja saya dan sebagai mana standar penerimaan tamu saya pun menanyakan tujuan dan maksud kedatangan ibu tua tadi.

Dengan lantang beliau membeberkan maksud dan tujuan mendatangi lembaga tempat kami bekerja, yang memang saat itu lembaga kami menangani anak kaum dhuafa dari seluruh indonesia dengan program beasiswa full. Dalam penjelasannya beliau sangat menginginkan anaknya yang saat itu akan masuk tingkat smp bisa mendapat beasiswa disekolah kami.  Saya pun memberi penjelasan tentang persyaratan yang harus dipenuhi calon siswa yang diterima dengan beasiswa penuh. Diantara persyaratannya adalah dhuafa bu, jawab saya sambil menekankan bahwa yang tidak dhuafa tidaklah akan diterima.

Karena secara kasat mata ibu tua itu tidak terlihat seperti orang yang dhuafa pikir saya, ditengan-tengah saya menjelaskan syarat masuk sekolah beasiswa di sekolah kami, secara spontan ibu tadi memotong membicaraan saya, "maaf pa saya potong penjelasannya" saya ingin menjelaskan dulu bahwa saya mungkin bukan temasuk orang yang berkecukupan pak. "Maaf memang ibu dan suami sekarang bekerja dimana bu..", saya coba menanyakan dengan penuh selidik. Beliaupun menjawab dengan sigap, saya sekarang kerja sebagai marbot masjid pak.., kalau ditanya gaji sekitar 300ribu an sebulan, dan suami sekarang sedang sakit sudah hampir dua tahun hanya bisa berbaring dan tidak bekerja pak.

Oo begitu kondisinya bu, mohon maaf, saya sangat prihatin dengan keadaan ibu. Kalau putra ada berapa orang bu, tambah saya dengan lebih memberi perhatian, beliaupun menjelaskan bahwa putri saya ada tujuh orang pak..., yang kandung tiga orang dan yang yatim piatu empat orang. Maksud ibu, tiga kandung dan empat yatim apa bu...? saya agak binggung dengan jawabannya, beliau lanjut menjelaskan begini pak anak kandung saya ada tiga orang dan yang empat orang anak adalah anak yatim piatu.

Subhaallah, jadi ibu juga merawat anak yatim empat orang bu?? saya bertanya dengan spontan sekaligus takjub dan seakan tidak percaya kalau seorang ibu yang kondisi ekonomi yang sangat minim yang ditambah suaminya juga sakit parah, tapi masih bermurah hati untuk merawat anak yatim,  itupun tidak satu anak tapi empat anak sekaligus. Semoga Allah memberkahi upaya ibu ini dalam menghidupi anak-anak yatim, doa ini spontan keluar dari hati saya. 

Tidak terasa dialog sudah berlangsung hampir satu jam dan sebelum pembicaraan kami sudahi beliau sempat melemparkan pertanyaan yang cukup menguras energi untuk menjawabnya. "Kalau bapak bersedia tidak untuk mengasuh satu atau beberapa anak yatim piatu pak....?" karena sering sekali saya juga menerima tawaran mengurus anak yatim piatu dari sebuah panti asuhan yang letaknya tidak jauh dari rumah saya.

Setelah pertanyaan ini dilontarkan saya terdiam sejenak dan terbayang hitung-hitungan kalau harus mengurus satu orang anak yatim piatu, dari masalah makan, tempat tidur dan lain-lain, apa saya mampu ya... itulah pertanyaan yang bergejolak di fikiran.  Bu, bukan saya tidak mau mengurus anak yatim piatu, tapi keadaan saya belum stabil bu, selain dua orang anak saya masih perlu biaya sekolah, rumah saya juga kecil bu cuma type 21, cuma satu kamar tidur, ruang tamu dan dapur. Jadi belum sanggup bu....

Pak saya juga mungkin sama keadaannya dengan bapak, bahkan mungkin jauh lebih buruk keadaan ekonomi dari keadaan bapak, seperti yang tadi saya jelaskan, tapi kita harus yakin pak kalau Dzat yang memiliki kehidupan kita akan membantu, apalagi kita berbagi anak yatim piatu, pasti Allah tidak akan membiarkan kita dalam kekurangan, Allah maha kaya, hanya terkadang manusia tidak yakin.

Mungkin saya termasuk orang yang sering mengalami kekurangan pak, namun setiap saya berusaha menyandarkan segala urusan hanya kepada Allah, maka semua kekurangan atau kesulitan langsung mendapat jalan dariNya. Seperti baru-baru ini juga saya alami pak, tepatnya tiga hari yang lalu, saya sedang mengalami kekurangan, dimana saat saya baru saja melihat persediaan makan dan susu anak-anak tidak ada sama sekali dan saya juga tidak tahu untuk makan besok dapat  darimana, langsung pada malam hari saya sholat sunnah dan meminta kepada Allah. Yang sering membuat saya semakin yakin akan pertolonganNya yaitu dipagi harinya ada saja kiriman dari mukhlisin yang terkadang saya tidak kenal. Ini bukan sekali atau dua kali saja, tapi setiap saya membutuhkan sesuatu dan minta kepadaNya langsung di beri jawaban.

Mendengar penjelasan ibu tua itu, saya tidak bisa berkata apapun, saya hanya diam dan merasa sangat takjub melihat sang ibu tua yang begitu kuat kebersamaannya dengan Allah, sehingga sedikitpun beliau tidak merasa takut miskin atau rugi selama untuk menghidupi anak-anak yatim bahkan beliau yakin dengan janji Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalam,  

Aku (Muhammad SAW) dan pengasuh anak yatim kelak disurga seperti dua jari ini (Rasulullah SAW menunjuk jari telunjuk danjari tengah dan merapatkan keduanya)”. (HR Bukhari)

Sebaik-baik rumah kaum Muslimin ialah rumah yang terdapat di dalamnya anak yatim yang diperlakukan dengan baik. Dan seburuk-buruk rumah kaum Muslimin ialah rumah yang didalamnya terdapat anak yatim tapi anak itu diperlkukan dengan huruk”. (HR Ibnu Majah)

Dari kisah tadi semoga dapat kita ambil pelajaran. Dan semoga kita termasuk orang-orang yang dapat mengamalkan apa yang disampaikan oleh Rosulullah. Aamiin.


Ditulis oleh Sriyono


Jumat, 27 Maret 2015

Belajar dari kemacetan


Rasanya sudah tidak asing lagi dengan istilah macet, karena keadaan ini sangat akrab dengan kebiasaan suasana jalan dilingkungan kita, apalagi mereka yang tinggal atau bekerja didaerah perkotaan dan metropolitan, istilah ini sudah tidaklah asing.

Namun tahukah kita,  keadaan yang sering membuat kita kesal, penat, bahkan mungkin stress, ternyata dibaliknya ada pelajaran yang sangat berharga yang dapat kita dipetik.

Sebagai gambaran saja, misalkan ada seorang bapak yang dari rumah berangkat pagi-pagi untuk menuju kantor didaerah perkotaan, ia menuju kantor dengan menggunakan kendaraan bermotor, dan ditengah perjalanan iapun mendapati jalan dalam keadaan "muacet", namun yang luar biasanya si bapak tadi tidak akan ada dalam benaknya untuk memutar motornya untuk kembali pulang kerumah, tapi justru sebaliknya, si bapak tadi akan lebih semangat untuk mencari jalan alternatif bahkan berusaha mencari celah disela-sela kendaraan yang berjejer karena macet.  Hanya satu kata dalam benak fikirannya, saya harus sampai tujuan tepat waktu, fikiran tersebut muncul karena ia sudah mempunyai agenda atau rencana untuk melakukan aktivitas dikantornya, sampai waktu pulang disore hari, dan iapun harus kembali kerumah dengan melalui jalan yang sama dengan resiko menghadapi kemacetan lagi. Namun masih dengan semangat yang sama iapun berjuang dengan optimis untuk sampai rumah, walau macet atau bahkan hujan lebat yang dihadapinya.

Dari perumpamaan yang terjadi pada diri si bapak tadi dalam menghadapi macet, ada beberapa pelajaran yang bisa diambil dan diterapkan dalam kehidupan kita, diantaranya :
1. Motivasi yang kuat

2. Mempunyai tujuan yang jelas

3. Tidak menyerah dalam menghadapi kesulitan

4. Mencari jalan keluar alternatif dari jalan yang biasa ditempuh

5. Positif thinking dalam menghadapi kesulitan

6. Menyiapkan mental yang kuat  sebelum menghadapi kesulitan

7. Tidak berputus asa

Demikian catatan sederhana ini ditulis, semoga kita memiliki jiwa yang tangguh dalam mengarungi kehidupan yang penuh dengan ujian. Wallahu alam

Kamis, 26 Maret 2015

Minggu, 15 Maret 2015

PEMBINAAN KARAKTER DISEKOLAH DAN RUMAH HARUS SE-IRAMA

Pada usia pra sekolah anak kita dibina dirumah oleh orang tua sampai usianya mencukupi masuk ke sekolah formal. Dan selama anak belum masuk sekolah formal maka masalah pembinaan karakter adalah tanggung jawab orang utua sepenuhnya, maka harus betul- betul memperhatikan dan menyaring pembiasaan yang terbaik untuk anak kita, karena pada usia ini anak akan merekam mentah-mentah semua yang terjadi dirumah atau dilingkungan rumah dalam hal ini tetangga terdekat.

Sehingga orang tua yang memiliki pengetahuan yang cukup untuk membina karakter anak, akan bijak dalam bersikap, terutama saat menemukan keadaan yang bertolak belakang dengan value yang sedang  ditanamkan kedalam diri anak.

Sikap bijak dan pengawasan ekstra harus benar-benar dimainkan oleh orang tua dalam situasi seperti ini. Karena jika kita lengah sedikit saja, bisa jadi bangunan yang sudah kita dirikan akan ambruk seketika.

Berdasarkan pengalaman penulis, ada beberapa hal penting yang akan mempengaruhi proses pembentukan karakter  anak diantaranya adalah :

■  Ketauladanan orang dewasa
Anak akan cepat merekam apa saja yang tejadi disekelilingnya,  sehingga semua kejadian akan  diikutinya baik berupa ucapan, sikap, musik/hiburan, gaya hidup dan lainnya. Jika baik sikap orang orang dewasa di lingkungan rumah maka anakpun akan mengikutinya, tapi jika rusak maka anak ibaratkan fotocopy yang akan menduplikat pola hidup disekitarnya.

■  Pola pendidikan disekolah
Sekolah adalah rumah kedua dari anak-anak kita, sehingga apapun yang ada dilingkungan sekolah akan banyak menyumbang terbentuknya karakter. Walaupun apa yang diajarkan oleh para guru adalah hal yang baik, namun kebiasaan yang dilihat dari teman-teman sekelas akan juga mempengaruhi karakter anak.

■  Peraturan yang dibuat
Sebagai sarana untuk melatih kedisiplinan anak, biasanya orang tua membuat peraturan untuk melatih anak untuk disiplin, sehingga orang tua sering memberikan hukuman yang tegas jika anak melanggar.  Tapi sadarkah kita kalau kedisiplinan yang ditunjukan oleh anak bukanlah karena kesadaran namun karena takut akan konsekwensi dari orang tua. Untuk membangun karakter disiplin, sebelum membuat peraturan untuk anak sebaiknya orang tua mengajak diskusi dalam menentukan peraturan, sehingga anak dilatih untuk melaksanakan kewajiban atas dasar kesadaran sendiri.

■  Konsistensi  penegakan peraturan
Setelah peraturan dibuat dan dimengerti oleh anak, selanjutnya adalah kedua orangtua dirumah haruslah seia-sekata terhadap peraturan yang sudah disepakati tadi. Misalkan aturan harus mematikan tv saat menjelang azan, maka seharusnya tidak ada dari orang tua si ayah atau ibu yang menonton pada waktu yang dilarang.  Karena jika sekali saja ibu atau ayah melanggarnya maka akan menjadi preseden buruk akan kelangsungan peraturan tadi.

■  Keserasian antara pembiasaan sekolah dan  rumah.
Hal ini juga merupakan sesuatu yang amat penting karena pengaruhnya sangat besar terhadap pembentukan karakter. Sebagaimana dirumah harus ada kesamaan prinsip dalam penegakan peraturan, antara sekolah dengan rumah harus diminimalisir bahkan ditiadakan terjadinya ketidaksesuaian khususnya tentang sikap atau tingkah laku yang harus dilakuan siswa.

Demikian tulisan sederhana ini disusun, semoga kita dapat menjadi pendidik yang dpt mendidik anak-anak yang Allah amanahkan kepada kita dengan penuh ketulusan.

Waktu Berlalu Begitu Cepatnya


Ibnul Qoyyim rahimahullah mengatakan, “Waktu manusia adalah umurnya yang sebenarnya. Waktu tersebut adalah waktu yang dimanfaatkan untuk mendapatkan kehidupan yang abadi, penuh kenikmatan dan terbebas dari kesempitan dan adzab yang pedih. Ketahuilah bahwa berlalunya waktu lebih cepat dari berjalannya awan (mendung).
Barangsiapa yang waktunya hanya untuk ketaatan dan beribadah pada Allah, maka itulah waktu dan umurnya yang sebenarnya. Selain itu tidak dinilai sebagai kehidupannya, namun hanya teranggap seperti kehidupan binatang ternak.”

Kematian Lebih Layak Bagi Orang yang Menyia-nyiakan Waktu
Lalu Ibnul Qoyyim mengatakan perkataan selanjutnya yang sangat menyentuh qolbu, “Jika waktu hanya dihabiskan untuk hal-hal yang membuat lalai, untuk sekedar menghamburkan syahwat (hawa nafsu), berangan-angan yang batil, hanya dihabiskan dengan banyak tidur dan digunakan dalam kebatilan (baca: kesia-siaan), maka sungguh kematian lebih layak bagi dirinya.”
  (Al Jawabul Kafi, 109)

Waktu Bagaikan Pedang

 Imam Asy Syafi’i rahimahullah pernah mengatakan,
صحبت الصوفية فلم أستفد منهم سوى حرفين أحدهما قولهم الوقت سيف فإن لم تقطعه قطعك
“Aku pernah bersama dengan orang-orang sufi. Aku tidaklah mendapatkan pelajaran darinya selain dua hal. Pertama, dia mengatakan bahwa waktu bagaikan pedang. Jika kamu tidak memotongnya (memanfaatkannya), maka dia akan memotongmu.”

 Jika Tidak Tersibukkan dengan Kebaikan, Pasti akan Terjatuh pada Perkara yang Sia-sia
Lanjutan dari perkataan Imam Asy Syafi’i di atas, “Kemudian orang sufi tersebut menyebutkan perkataan lain:
ونفسك إن أشغلتها بالحق وإلا اشتغلتك بالباطل
Jika dirimu tidak tersibukkan dengan hal-hal yang baik (haq), pasti akan tersibukkan dengan hal-hal yang sia-sia (batil).”
(Al Jawabul Kafi, 109, Darul Kutub Al ‘Ilmiyah)

Waktu Pasti akan Berlalu, Beramallah



Ja’far bin Sulaiman berkata bahwa dia mendengar Robi’ah menasehati Sufyan Ats Tsauri

إنما أنت أيام معدودة، فإذا ذهب يوم ذهب بعضك، ويوشك إذا ذهب البعض أن يذهب الكل وأنت تعلم، فاعمل.

Sesungguhnya engkau adalah kumpulan hari. Jika satu hari berlalu, maka sebagian dirimu juga akan hilang. Bahkan hampir-hampir sebagian harimu berlalu, lalu hilanglah seluruh dirimu (baca: mati) sedangkan engkau mengetahuinya. Oleh karena itu, beramallah."
( Shifatush Shofwah, 1/405, Asy Syamilah)

Ketahuilah bahwa Engkau Seperti Hari-harimu

Hasan Al Bashri mengatakan,
ابن آدم إنما أنت أيام كلما ذهب يوم ذهب بعضك

Wahai manusia, sesungguhnya kalian hanyalah kumpulan hari. Tatkala satu hari itu hilang, maka akan hilang pula sebagian dirimu."  
(dari kitab Hilyatul Awliya’, 2/148, Darul Kutub Al ‘Arobi)

Mengajar dan Mendidik Harus Menjadi Satu Kesatuan dalam Membentuk Karakter

Kita melihat potret generasi muda hari ini, banyak sekali terjadi  tawuran pelajar, narkoba dan prilaku menyimpang lainnya.

Siswa binaan yang kita didik baik disekolah atau pesantren adalah amanah yang Allah berikan kepada kita, sehingga seorang guru yang baik adalah guru yang memiliki kemampuan mengajar dan sekaligus mendidik. 
Jika yang dimiliki guru hanya kemampuan mengajar saja, berarti setelah materi pelajaran habis disampaikan, dievaluasi dan anak sudah faham, maka guru sudah merasa telah selesai tugasnya sebagai guru, tanpa memperhatikan sikap anak-anak didik bahkan sikap dirinya sebagai seorang guru.

Padahal sekolah atau pesantren yang ideal adalah lembaga pendidikan yang dijadiakan sebagai wadah selain mentrasfer ilmu juga memperbaiki dan membentuk karakter. Sementara karakter dibentuk tidak cukup dengan teori atau materi yang disampaikan saja, namun jauh dari itu harus adanya pembiasaan yang berkesinambungan, ketauladanan dari para guru, kejelasan karakter  yang akan dibangun, sistem dan kebijakan lembaga yang saling mendukung satu dengan lain dan peraturan yang konsisten ditegakkan.

Sabtu, 14 Maret 2015

Koleksi gantungan kunci

Gantungan kunci
Hello Kitty Rp. 3.000,-

Stroberry  Rp. 3.000

bulu tangkis

JIWA SOSIAL ANAK HARUS DIPUPUK SEJAK USIA DINI


Kita dilahirkan didunia ini pasti membutuhkan bantuan orang lain, lihat saja saat kita akan lahir kedunia ini,  seorang ibu yang akan melahirkan, membutuhkan bantuan bidan atau dokter spesialis kandungan. Dari awal kelahiran kita kedunia dan juga saat kita meninggalpun  membutuhkan bantuan orang lain untuk memandikan, mengkafani sampai proses penguburan. Itulah sebabnya kita disebut mahluk sosial.

Jiwa sosial manusia yang sesuai dengan norma tidaklah muncul secara otomatis. Harus ada proses pembiasaan sejak manusia itu masih usia kanak-kanak. Sedangkan orang yang paling bertanggung jawab atas pendidikan anak-anaknya adalah orang tua, khusus nya ibu dirumah tangga. Sebagaimana perkataan ulama Al-Ummu madrasah Al-ula (Ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya) ungkapan hikmah yang menarik dari para ulama ini mungkin sering kita dengar.

Setelah anak-anak masuk sekolah baik pada tingkat dasar sampai menengah, pembiasaan untuk menumbuhkan jiwa sosial harus sering diulang. Pengulangan yang dilakukan untuk pembentukan karakter adalah suatu keniscayaan. Oleh karena itu seluruh lembaga pendidikan dalam hal ini sekolah, harus  menyisipkan suatu kegiatan untuk menstimulus jiwa sosial anak didiknya. 
Diantara program-program yang mungkin menjadi  alternative kegiatan social dan kemasyarakatan siswa disekolah diantaranya :

Program mengenal lingkungan sekitar sekolah
siswa difasilitasi kegiatan yang melibatkan siswa dengan warga sekitar, sehingga siswa mengenal lingkungan sekolah.

Program kunjungan ke panti yatim piatu dan anak terlantar
ini untuk mengajarkan kepekaan social, apalagi jika panti yang dikunjungi memiliki banyak kekurangan dalam hal fasilitas fisik bahkan untuk kehidupan sehari-hari, sehingga diharapkan anak didik kita terbentuk jiwa sosialnya dan memiliki jiwa yang lebih mensyukuri semua pemberian dariNya.

Kunjungan ke panti jompo
menumbuhkan kepekaan dan kasih saying terhadap orang tua, diharapkan anak didik kita lebih menghormati dan menyayangi orang tuanya.

Kunjungan ke rumah sakit sekitar
untuk menumbuhkan rasa syukur terhadap kesehatan yang dianugrahkan Allah kepadanya, dan anak didik kita juga bisa lebih peduli terhadap kesehatan dan kebersihan diri, sehingga secara interpersonal anak didik kita lebih terkondisi dengan baik karena berawal dengan hidup rapih dan bersih.

Kerja bakti dengan masyarakat
untuk melatih kepedulian terhadap lingkungan, menunjukan bakti siswa kita ke masyarakat sehingga keberadaan sekolah secara langsung dirasakan oleh lingkungan sekitar.

Membuat forum belajar siswa antar sekolah
dibuat kegiatan ini untuk membiasakan anak didik kita mengkoordinir siswa lain terutama yang tingkatannya dibawah anak didik kita, seperti bimbingan belajar mata pelajaran tertentu yang dikuasai anak didik kita.

Tukar hadiah
kegiatan ini sangat baik untuk membiasakan anak didik kita saling memberi dan mempererat jalinan persaudaraan.

Dan masih banyak alternative kegiatan social yang bisa dilakuakan oleh sekolah untuk menumbuhkan jiwa social seperti ini.  Agar tujuan kegiatan ini tercapai maka peran guru pendamping dalam mengawal dan mengevaluasi kegiatan ini tentu sangat di butuhkan.


Ditulis oleh: Sriyono


MENCARI DOA DARI ORANG YANG TULUS

Saat saya sedang dalam perjalanan pulang dari rumah saudara dan berteduh disebuah warung, saya melihat pemandangan yang sungguh luar biasa.

Awalnya saya melihat dari kejauhan ada seorang yang sudah uzur, mungkin sekitar 80 tahunan tapi dengan penuh semangat mendorong gerobak yang cukup besar dengan isi hanya beberapa ikat sayur mentah yaitu kangkung, singkong.

Dengan teriakan yang sangat lirih karena faktor usia, orang tua tadi menawarkan barang jualannya. namun siapa peduli, karena sayuran yang beliau jual hanya beberapa ikat kangkung dan singkong dengan kualitas sangat rendah, karena diambil dari kangkung tumbuhan di sawah dan singkong yang kecil-kecil. tapi semangat orang tua itu sungguh besar. hanya satu yang beliau fikirkan bahwa dagangan ini harus habis agar siang ini istri dirumah bisa makan.

Selang beberapa menit kemudian ada seorang pemuda  bermotor melintas menyalip bapak tua yang sedang jalan dengan gerobak yang sudah banyak tambalan itu, tapi setelah beberapa puluh meter tiba-tiba  berhenti mendadak dan memutar arah motornya menuju bapak tua tersebut.
Tidak disangka ternyata ia menanyakan harga sayuran yang dijual bapak itu,  sebagaimana biasa bapak tersebut menjawab dengan gaya penjual sayur... seribu seiket  nak..., dan setelah dihitung   cuma ada tiga iket kangkung dan singkong sekilo kira-kira.  

Baik pa saya beli semua deh, jadi total berapa ?  tanya si pemuda,  lima ribu aja nak..., jawab si bapak tua dengan senyum tipis tanda bahagia, dan si pemuda itu langsung mengeluarkan dompet dan membayar dengan lembar uang lima puluh ribu, dan saat uang diberikan spontan bapak tua tersebut berkata, "maaf nak ga ada kembaliannya, nanti saya tukerin dulu ya... ga usah dikembalikan pak, jawab si anak muda dengan wajah yang sangat ramah, "tapi sisanya kebanyakan daripada total belanja...." jawab bapak itu, " ga papa untuk bapak aja, saya ikhlas pa... " tegas si pemuda itu.  Dan langsung saja tanpa dialog  panjang,  pemuda itu menghidupkan motor dan pergi membawa belanjaan, setelah sosok pemuda tadi tidak terlihat tiba-tiba bapak tua itu menengadahkan tangan dan berdoa.." ya Allah engkau maha pemurah, Engkau beri aku rezeki hari ini tanpa ku sangka dari pemuda yang tidak ku kenal, maka aku mohon padaMu, berilah balasan yang berlipat kepadanya, panjangkanlah umurnya, mudahkanlah rezekinya, berilah ia kesuksesan...  aamiin.

Itulah secuil kisah yang mengajarkan kepada kita bahwa sekecil apapun pemberian yang kita lakukan kepada sesama dengan ikhlas tanpa embel-embel kepentingan lain kecuali kepada Allah, akan dibalas dengan kebaikan yang lebih banyak. Semoga kita bisa menjadi manusia yang dapat menebar kebaikan dengan tulus. 

Jumat, 13 Maret 2015

Berhasil Ditengah Keterbatasan


Ini merupakan kisah siswa yang dapat melalui masa-masa sulit dalam proses belajar di SMART Ekselensia Indonesia. Sebut saja siswa ini adalah Ari Maulana, dia adalah siswa asal Pelembang angkatan 4. saat duduk di kelas satu dan dua ari terlihat cukup semangat dalam belajar dan juga melaksanakan kewajiban-kewajibannya baik disekolah dan juga diasrama. Entah mengapa saat di akhir-akhir kelas dua Ari Maulana mengalami penurunan motivasi baik dalam belajar, ibadah dan keterlibatannya dalam kegiatan asrama serta terlihat menjadi anak yang murung.

BERAWAL DARI EJEKAN
Diakhir-akhir duduk dikelas dua atau hampir kenaikan kelas tiga, Ari Maulana sering murung dan terlihat tidak bergairah. Wali asrama Ari Maulana yang saat itu adalah Ustad Sriyono tahu betul bagaimana perubahan yang terjadi didalam diri siswa kesayangannya itu. Ustad Sriyono pun segera menghampiri dan coba mencari tahu penyebab perubahan yang terjadi di diri anak didiknya itu.

Ustad  :Ari kamu sedang ada kegiatan tidak?
Ari       :Engga ustad saya baru pulang sekolah lagi pengen nyantai aja.
Ustad  : O kalo gitu kita ngobrol-ngobrol di ruang kantor asrama yu….!
Ari       : baik Ustad.

Setelah diruang kantor asrama terjadilah pembicaraan tentang banyak hal diantaranya tentang kondisi siswa.

Ustad     : Ari…, Ustad melihat dalam beberapa pekan terakhir kamu kok kelihatan murung dan seolah engga bersemangat, Apakah ada masalah?
Ari          : Engga tau Ustad…..
Ustad     : Kalau pelajaran sekolah gimana, apakah ada yang sulit bagi kamu?
Ari          : Ada ustad, pelajaran matematika saya paling males dan saya juga engga bisa….
Ustad     : Ari…, karena matematika susah dan kamu engga bisa makanya kamu harus pelajari kalo udah bisa kamu engga usah belajar malah harus mengajari teman-temannmu. Bukan begitu ari….?
               (mendengar nasehat Ustad, Ari hanya tersenyum kecil dan mengangguk-anggukan kepala, entah mengerti atau menolak nasehat tersebut. Dan selang beberapa detik Ari pun menambah jawaban)
Ari          : Ustad, saya juga lagi BT dengan teman-teman….
Ustad     : BT kenapa?
Ari          : Habis saya sering diejek sih sama teman-teman, saya dibilang “Gemuk dan Jidat lebar”, saya kan malu ustad… juga kalo saya engga bisa matematika temen-temen sekamar engga ada yang mau ngajarin, BT pokoknya ustad...
Ustad     : O begitu…Ari, Ustad juga faham apa yang kamu rasakan apalagi di ejek dan dijauhi seperti itu… tapi Ari, kamu harus tahu dalam kehidupan di luar, ada kalanya kita dihargai orang lain dan ada kalanya orang mengejek. Kamu harus bisa mengalahkan emosimu. Karena kalau kamu mikirin ejekan terus kamu akan cape dan mengganggu konsentarasimu dalam belajar dan beraktivitas. Dan kamu disini tidak sendiri kan? Ada Ustad diasrama dan disekolah. Insyaallah para ustad dan ustazah sangat menyayangi semua siswa termasuk kamu. Jadi kalau ada unek-unek lagi kamu sampaikan aja kepada ustad dan ustazah ya… insyaallah kita akan membantu kok… 
Ari          : Iya Ustad...
(Waktupun tak terasa sudah sore, saatnya persiapan sholat maghrib.)

MASA-MASA SULITPUN BERLALU
Mungkin ini dampak dari ejekan yang diterima Ari dalam beberapa lama, saat itu masa-masa dimana siswa angkatan 4 akan menghadapi Ujian Nasional.  Sekolah yang begitu peduli akan persiapan UN siswanya menyelenggarakan bimbingan belajar di pagi hari sebelum bel masuk sekolah selama kurang lebih 2 bulan. Di pekan pertama terlihat Ari cukup antusias datang ke sekolah pada kelas bimbel (jam enam pagi). Tapi dipekan berikutnya terlihat motivasinya terkoyak lagi baik untuk ibadah dan juga belajar.

Ustad     : Ari…, ayo bangun persiapan sholat subuh… (Ustad membangunkan untuk yang kesekian kalinya, tapi Ari tetap tidur)
Ari          :zzzzzzzzzzz  (dibangunkan berkali-kali masih engga mau bangun sampai azan dikumandangkan, akhirnya setelah iqomah dikumandangkan tanda sholat dimulai Ustad pun masih menyempatkan diri untuk menghampiri Ari dan berusaha untuk menarik dan membuat tubuh Ari dalam posisi duduk, setelah itu menyuruhnya untuk berwudhu dan kemasjid. Alhamdulillah Ari ke masjid walau masbuq hanya dapat satu rakaat terakhir sholat berjamaah).

Setelah sholat subuh dan seusai zikir pagi, saatnya siswa langsung sarapan dan keasrama untuk melakukan persiapan Bimbel pagi. Tapi Ari tidak seperti siswa lain yang sibuk melakukan persiapan tapi malah tidur, akhirnya Ustad harus membangunkan lagi walaupun sangat sulit untuk bangun. Ustad sebetulnya faham anak ini bukanlah tidur tapi hanya pura-pura tidur, karena menghindari ikut Bimbel, karena saat itu adalah mata pelajaran matematika yang dibencinya. Dan saatnya seluruh siswa kelas 3 SMP berangkat bimbel, Ari pun masih membuat ulah lagi, yaitu main gitar.

Ustad     : Ari….!! Ini waktu bimbel sudah jam 6.15, cepat berangkat kesekolah…! (tapi Ari masih dengan gitarnya). Akhirnya spontan gitar di ambil dan disita dengan paksa.
Ari          : Ustad jangan…., itu gitar teman saya…
Ustad     : Gitar ini harus disita Ari… karena menganggu untuk kamu meraih sukses… Silahkan kamu persiapkan dirimu untuk bimbel, Bimbel untuk kesuksesan kamu Ari….! Bukan kesuksesan orang lain… (Ustad akhirnya meninggalkan Ari dan tetap menyita gitarnya)

Ari pun terdiam dan entah apa yang lakukannya sekejap saja siswa tersebut sudah tidak ada dikamar padahal seingat Ustad setelah beberapa waktu dikamar belum terlintas Ari keluar dari asrama. Tapi setelah dicek ternyata Ari sudah berangkat ke sekolah tapi tidak menuju kelas Bimbel alias duduk-duduk disekitar sekolah.

Disore harinya Ari dipanggil oleh Ustad untuk dialog tentang kejadian tadi pagi.
Ustad     : Ari…,  kamu tahu engga kenapa sekolah mengadakan Bimbel?
Ari          : Engga tahu ustad… (Ari menjawab tapi sangat terlihat Ari sangat males untuk membahas kejadian tadi pagi).
Ustad     : Ari…, Ustad yakin kamu pasti tahu tujuannya… biar kita lebih siap dalam mengikuti UN nanti…. Kamu mau lulus kan…?
Ari          : Iya sih…
Ustad     : tapi kenapa kamu kok beberapa kali engga ikut bimbel…? Kamu tahu engga diluar siswa yang akan UN ikut bimbel harus bayar mahal, sementara kamu ikut bimbel gratis…. Kamu engga sayang dengan kesempatan ini…? Kamu harus berfikir dari sekarang sebelum menyesal nanti….
Ari          : tapi saya males ustad…
Ustad     : apa yang membuat kamu males…?
Ari          : pusing dan engga konsen….
Ustad     : Ari…! Ini perjuangan… lebih baik kamu pusing sekarang, tapi nanti tersenyum saat mengerjakan soal-soal UN…. Cobalah kamu mulai merubah sikapmu dari sekarang? Ingat kamu harus lakukan yang terbaik agar orang tuamu bangga kepada mu….? Mau kan Ari…..?
Ari          : Iya Ustad. Insyaallah….

Ari pun terlihat memahami nasehat yang diberikan Ustad, dan hari-hari berikutnya Ari sudah mau ikuti Bimbel walaupun masih terkadang terlambat dan Alhamdulillah siswa lulus UN.

MEMULAI MASA PENDAKIAN
Saat itu Ari baru saja duduk dikelas 5 atau kelas 3 SMA, ternyata beberapa kali mengalami penurunan motivasi kini terulang lagi. Kini motivasi ibadah yang sangat menurun dan beberapa pelanggaran. sehingga mengakibatkan Ari kena konsekwensi yang berat seperti dicabut uang saku sampai lulus, dicabut izin keluar sampai lulus dan dibotak bahkan orangtuanya sempat dipanggil untuk menandatangani perjanjian baru agar siswa mentaati semua peraturan sekolah, serta membantu memberi motivasi kepada Ari, agar kembali semanggat dalam mengarungi sisa perjuangan di SMART EI ini.

Tepatnya sehari setelah pemanggilan orang tuanya,Ustad pun menghampiri Ari.
Ustad     : Ari, kamu memperhatikan engga wajah ayahmu yang terlihat sangat lelah setelah meakukan perjalanan yang begitu jauh dari Palembang, bukan untuk menyaksikan prestasi kamu yang membanggakan tapi hanya menyaksikan kabar buruk yaitu anak kesayangannya disidang karena beberapa pelanggaran?
Ari          :iya ustad, saya juga merasa bersalah… (sambil terlihat matanya berkaca-kaca).
Ustad     : Ustad bersyukur kamu sudah menyadarinya. Ustad hanya ingin kamu berjanji dalam dirimu agar nanti bulan Juni saat wisuda kamu dapat mengubah raut wajah ayahmu yang kuyu karena lelah dalam perjalanan jauh dengan senyum bahagia karena kamu lulus dan diwisuda ya… 
Ari          : Oke Ustad. Saya berjanji nanti bulan Juni saat wisudaan ayah saya tersenyum. Ustad doakan saya terus ya ustad….
Ustad     : Insyaallah, tapi kamu juga harus selalu berdoa dan bersungguh-sungguh dalam belajar ya… juga jaga sikapmu.
Ari          : Baik Ustad… Insyaallah saya sukses…
Ustad     : Amiin…


DETIK-DETIK TERAKHIR UN DAN SNMPTN
Setelah usaha dan doa yang sungguh-sungguh, akhirnya atas izin Allah Ari pun lulus UN dan pada bulan Juni Ari di wisuda. Ayahnya juga terlihat sangat terharu dan dengan kamera digital yang dibawanya ayahnya begitu bahagia memfoto anaknya berkali-kali yang sudah diwisuda. Kali ini Ari benar-benar membalas kesedihan dan kekecewaan ayahnya beberapa bulan yang lalu dengan senyum bahagia.

Beberapa hari lagi SNMPTN pun akan menjelang, tepatnya 7 hari lagi. Seperti siswa lain, Ari pun melakukan persiapan. Tidak cuma belajar yang bersungguh-sungguh yang dia siapkan, tapi doapun mulai dia panjatkan dengan khusu, itu sering dilihat oleh ustad dalam bulan terakhir ini, dan Ustad sering memergoki Ari melakukan sholat tahajjud dan berdoa dengan khusu saat Ustad akan membangunkan siswa lain untuk persiapan sholat subuh.

Dua hari sebelum SNMPTN seluruh siswa dikumpulkan untuk motivasi terakhir, dan beberapa ustad juga menyarankan untuk lebih serius belajar, berdoa dan mendekatkan diri kepada Allah. Dan telihat dari wajah Ari yang optimis akan sukses mendapatkan perguruan tinggi yang ditujunya. Dan tepat saat pengumuman dengan rasa dak dig duk Ari pun mencari informasi dari web site tentang kelulusan SNMPTN. Dan dengan terkejut bercampur bahagia nama Ari Maulana terpampang dan diterima di UNDIP Fakultas Hukum. Dengan rasa penuh bahagia Ari pun melepas seluruh kebahagiaannya dengan sujud syukur, ini adalah saat-saat yang selama ini merupakan harapan yang dipanjatkan dalam doa-doanya. Dan ternyata Allah telah mengabulkannya…. Subhanallah.

Semoga Ari Maulana dapat mencapai cita-citanya menjadi ahli hukum yang berakhlaq karimah dimasa mendatang…..  amiin…

Ditulis oleh Sriyono, S.Kom

NGOMPOL, MASALAH YANG SELAMA INI MENGGANGGU KU



Ditulis oleh : Sriyono, S.Kom.

Hari itu pekan pertama si Boy memulai hidup baru di sekolah berasrama.  Dengan diantar mitra daerah Jambi,  si Boy pun merasa bahagia dan rasa penuh haru disambut oleh kakak kelas yang sangat ramah. Walaupun tidak diantar oleh ayah dan ibunya seperti beberapa teman lain yang diantar dan dilepas oleh kedua orang tuanya yang dicintainya. Ditambah lagi setelah dua hari di sekolah berasrama itu, dirayakanlah hari wisuda angkatan sebelumnya yang cukup meriah walaupun sederhana. Wah… semakin aku terharu dan yang pasti memperkuat tekadku untuk sukses disekolah barunya ini, “gumam si Boy”.
Tapi ditengah-tengah rasa bahagia itu terselip perasaan was-was yang selama ini ditakutkan oleh ibunya saat awal memutuskan untuk belajar disekolah berasrama. Pada awalnya, Ibu yang dicintainya mengkhawatirkan kalau belajar disekolah berasrama akan membuat pihak sekolah kewalahan menangani kebiasaan yang sudah dialaminya sejak kelas 2 Sekolah Dasar, yaitu mengompol saat tidur malam. Bahkan pada saat ada keinginan dari Si Boy untuk melanjutkan sekolah jauh dari orang tua yaitu berasrama, sempat ibu melarangnya. Namun tekad si Boy sanggat luar biasa, sehingga dapat membendung kekhawatiran dari ibunya.

Pandangan hari pertama
Saat hari pertama si Boy menginjakkan kakinya di kampus SMART Ekselensia Indonesia ia ditempatkan Asrama, nama Asramanya adalah Darussalam. Seperti tahun-tahun yang lalu, setiap akan kedatangan siswa baru disiapkan fasilitas kamar yang baru, khususnya kasur, seprai, selimut dan lain-lain. ”Sudah dapat ditebak, pastilah terasa menyengat aroma barang-barang baru dikamar tersebut”. Dan saat memasuki kamar dengan fasilitas baru tersebut, tiba-tiba terlintas dengan jelas dibenak si Boy dari ungkapan terakhir ibunya, “Nak…  jangan ngompol lagi disana ya…? Takut ngerepotin sekolah…!” dengan nada yang memelas dan mata ibunya yang berkaca-kaca. Kata-kata ini lah yang membuat aku was-was…. Tegas si Boy dalam fikirannya yang selalu terinyang-iyang.

Kekhawatiran itu terjadi, gimana ya...
Dan ternyata benar, apa yang dikhawatirkan dan diwanti-wanti oleh ibuku, terbukti juga. Hari pertama saja aku sudah ngompol. Waduh, gawat nih, jangan sampai ketahuan teman-teman dan wali asramaku, gumam si Boy. Hari-hari pun berlalu, kini semua siswa diasramaku dan wali Asrama sudah mengetahui semua yang selama ini aku khawatirkan dan sembunyikan, semakin menambah kebingunganku banyak teman-teman yang mengejekku, maklumlah siswa kelas 1 SMP masih seneng-senengnya mengejek. Dan dibenakku kadang-kadang muncul pertanyaan besar dan kepasrahan, “mengapa aku dilahirkan sebagai anak yang tukang ngompol..? ya.. Allah, bantulah aku agar tidak ngopol lagi…. Aku malu ya Allah…, tolonglah aku ya Allah…, ku sampaikan doa ini berulang-ulang, sampai suatu ketika terasa saat mengungkapkan doa ini membuat dada bergemuruh dan terkadang sampai meneteskan air mata.

Pertemuan khusus dengan Wali Asrama
Malam itu sekitar jam delapan, selepas makan malam Wali Asramaku Ust. Rio menghapiriku dan kami dialog sampai jam sepuluhan. Ditengah-tengah dialog itu fikiranku melayang dan aku merasa kok masih ada orang yang mau memperhatikan diriku yang sudah banyak merepotkan dan mengganggu banyak orang dengan kebiasaan yang buruk ini. Wong ibuku saja yang merupakan ibu kandungku sering kali memaki-maki dan memarahiku gara-gara kebiasaanku ini bahkan sesekali aku dipukul.  Tapi disini aku diberikan perhatian yang sangat baik dari Ustad-ustadku serasa para ustad disini adalah orang tuaku sendiri yang penuh perhatian dan kehangatan.  Dalam sela-sela pertemuan itu terjadilah dialog.
Ustad         : Boy…, maaf, sebenarnya, Ustad Rio sudah mengetahui permasalahan yang sedang kamu alami,  apalagi teman-temanmu sering mengejek kamu, ustad memahami bagaimana perasaanmu saat diejek dan ustad yakin kamu juga pasti engga mau kalo kamu tiap malam mengompol kan..?
Si Boy         : Iya Ustad, itu sudah pasti. Bahkan saya merasa malu bahkan kesal dengan kebiasaan ini. Kenapa Cuma saya yang mengalami masalah ini. “Dengan nada agak mengeluh”.
Ustad          : ya udah, kamu sabar aja ya…, ini ujian dari Allah. Insyaallah ustad akan bantu kamu agar kamu bisa keluar dari masalah ini. Tapi kamu harus sungguh-sungguh mau menghilangkan kebiasaan ngompol ini ya …?
Si Boy         : Oke ustad.
Ustad          : Dan jangan lupa selalu berdoa ya…
Si Boy         : Insyaallah Ustad…



Terapi demi terapi dilakoni
Setelah pertemuan itu, keesokan harinya Ustad Rio langsung dialog dengan guru BK dan beberapa hari kemudian bertemulah si Boy dengan guru BK untuk diterapi, namun kebiasaan itu belum juga ada perubahan setelah diterapi antara 2-3 pekan, karena memang ini kebiasaan sejak kecil yang tidak mudah untuk penyembuhannya, dan akhirnya direkomendasikan kelanjutan terapinya ke Psikolog.
Dan setelah bertemu Psikolog, si Boy diberi tugas untuk mengangkat kaki tiap pagi bangun tidur dan malam hari sebelum tidur, ini dilakukan untuk memperkuat otot perut. Dan selalu mensugeti diri, dengan kalimat positif :”Saya engga boleh ngompol…!, terus kalimat positif ini diungkapan.  Ini dilakoninya sampai dua bulanan. Namun hasil belum menghampiri si Boy, dan kebiasaan itu masih ada dan tentunya masih sangat mengganggu.
Dan akhirnya Ust Rio mencoba bertemu dengan seorang teman yang pernah mempelajari Hypno Therapy, sebut saja namanya Mas Asrul. Ustad Rio mencoba menjelaskan persoalan yang sedang dialami anak binaannya ini, dan alhasil Beliau siap membantu dalam proses penyembuhan kebiasaan ngompol si Boy dan kesepakatan waktu terapi pun segera di tentukan.
Pada pertemuan perdana, Mas Asrul, Ustad Rio dan Si Boy bertemu dalam suasana kekeluargaan diruang jahit dan disana kita sengaja mengkondisikan suasana agar Si Boy mau terbuka tentang pengalaman masa lalunya, baik yang menyenangkan dan juga yang memilukan. Dan ternyata benar, Alhamdulillah, upaya yang sudah direncanakan membuahkan hasil. Dimana si Boy mau cerita dengan penuh emosi tentang masa lalunya.
Si Boy cerita bahwa sejak kecil, sering sekali mendengar ayah dan ibunya bertengkar entah apa yang diributkan, saya juga engga ngerti “kata Si Boy”. Apalagi ditambah saya sering mengompol dan ini membuat suasana keluarga semakin engga nyaman. Sering sekali saya jadi bahan pelampiasan marah dari ibu yang sedang kesal dengan ayah, karena waktu itu saya suka ngompol. Bahkan engga jarang saya dipukul gara-gara kebiasaan saya ini terutama kalau mereka habis bertengkar.
Memang semenjak saya masih kelas dua dan tiga sekolah dasar, walaupun ibu sering marah-marah karena saya ngompol, tapi ibu masih memberikan perhatian kepada saya, ibu juga masih mau membantuku menjemurkan kasur, mencucikan celana, sarung atau sepray yang kena ompol. Namun setelah naek kelas empat, Ibu udah merasa sangat kesal dengan kebiasaanku ini dan ibu udah engga mau mencucikan lagi semua barang-barang yang kena ompolan saya. Saya merasa Ibu udah engga mau pedulikan saya tentang masalah ini. Dan mulai detik itu saya harus mencuci semua pakaian dengan tangan saya sendiri dan saya juga merasa engga ada perhatian lagi dirumah.
Dan pada saat saya dapet informasi tentang adanya pendaftaran sekolah bebas biaya di wilayah Bogor, saya langsung terpikat dan bertekad untuk mengikutinya. Namun saat itu ibu melarangnya, karena takut saya ngerepotin pihak sekolah dengan kebiasaan ngompol. Begitulah secuplik cerita yang disampaikannya dan tak terasa si Boy bercerita sudah cukup lama.  
Pertemuan berikutnya, mulailah dilakukan terapi, yaitu dengan diberikan sugesti dengan cara memasuki alam bawah sadarnya dengan berbekal informasi dari cerita si Boy kemarin.  Dan pada terapi itu, si Boy diajak untuk melupakan semua masa lalu yang suram dengan men-setting kembali alam bawah sadarnya dengan hal-hal positif.  Ini dilakukan beberapa kali dalam sepekan. Dan setelah pekan kedua barulah ada sedikit pengaruh, dimana Si Boy sempat 2 kali tidak mengompol. Ini merupakan suatu kemajuan yang luar biasa setelah hari-harinya selalu ngompol. Ustad Rio dan mas Asrul yang membantu terapi ini merasa lebih optimis kalau usahanya akan berhasil, dan akhirnya merekapun lebih banyak berdialog untuk melanjutkan terapi ini. Dari pertemuan demi pertemuan ini diputuskan untuk mentherapi si Boy dengan reward dan punishmen.

Reward setelah ada perubahan
Setelah terlihat ada sedikit perubahan, maka dibuatlah suatu kesepakatan dengan si Boy, bahwa kalau si Boy bisa melakukan perubahan lebih baik pekan depan, akan diberikan reward. Akhirnya hari-hari si Boy, Ustad Rio dan Mas Asrul dijalani dengan penuh optimis. Di asramapun ustad Rio dan si Boy lebih sering berdialog dan sharring tentang perkembangan. Bahkan setiap pagi saat ustad rio membangunkannya selalu mengajukan satu pertanyaan, namun yang unik pertanyaan dan jawabannya hanya dengan bahasa isyarat, ini dilakukan untuk menghindari ejekan dari teman-temannya. Pertanyaannya adalah: “ Gimana hari ini..?” dan jawabannya hanya dengan isyarat mengacungkan jari jempol atau kelingking. Kalau jari jempol berarti tidak mengompol dan jari kelingking berarti masih ngompol.
Begitu pula saat menjelang tidur malam, dimana kerap kali ustad mengingatkan untuk terus mensugesti diri dan masuk kealam bawah sadar untuk membawa ke perubahan. Dan Alhamdulillah dari tujuh hari ada perubahan, dimana ustad mendapat jawaban 3 kali jempol dan 4 kali kelingking. Ini artinya ada peningkatan yaitu 3 kali tidak mengompol. Dan akhirnya sesuai dengan kesepakatan diberilah hadiah berupa makanan ringan. Dan saat membuka hadiah terlihat si Boy sangat senang karena merasa ada perhatian.
Setelah itu disampaikan lagi ke si Boy, kalau pekan depan meningkat maka akan diberikan reward yang lebih meningkat kwalitasnya. Akhirnya si Boy dengan tekad yang kuat siap akan berusaha untuk melakukan perubahan.
Dan singkat cerita, dipekan berikutnya dapat dihitung ternyata si Boy memberi jawaban atas pertanyaan dipagi hari dengan 6 kali jempol dan 1 kali kelingking. Dan ini perubahan yang sangat significan, akhirnya diberi hadiah berupa baju koko putih, dan si Boy terlihat sangat senang. Perubahan ini bertahan hingga 3 bulan, namun belum seratus persen bebas dari ngompol karena jika kecapean atau tidak sempat mensugesti diri, maka si Boy masih juga mengompol. Namun Ustad dan si Boy tetap bersepakat untuk terus berusaha dan konsisten untuk selalu mensugesti alam bawah sadar si Boy agar terus berubah dan terbebas dari ngompol.
Punishmen setelah ada perubahan
Masa lalu si Boy yang selalu di marahi, di labeling bahkan dipukul karena mengompol tetap masih membekas. Dan banyak nasehat dari ibu dengan kalimat jangan ngompol, jangan bikin malu dengan ngompol, jangan nyusahin orang tua dengan ngompol, jangan ngerepotin sekolah dengan ngompol dan kalimat larangan lainnya justru tidak membuat si Roy tidak ngompol, bahkan semakin sering ngompol.  Untuk itu akhirnya ustad Rio dan mas Asrul membuat kesepakatan dengan si Boy dengan kesepakatan terbalik dari terapi sebelumnya, yaitu kalau si Boy bisa merubah perilakunya untuk tidak ngompol 2 pekan berturut-turut, maka akan dihukum dengan push-up seratus kali, akhirnya si Boy, tersenyum dan mengatakan “ Oke saya siap ustad….” Akhirnya sampai 2 bulan berikutnya ternyata masih belum ada perubahan, karena masih saja ada ngompol 3-4 kali dalam 2 pekan. Dan pada bulan ke 3, ternyata sempat selama 2 pekan tanpa ngompol dan akhirnya si Boy dapat hukuman push up seratus kali. Tapi hukuman ini dilakukan dengan bertahap karena si Boy sendiri memang agak jarang olahraga apalagi push-up. Setelah itu akhirnya tiap 2 pekan sekali si Boy harus menjalani hukuman push-up 100 sekali, dan ini hanya berlangsung satu setengah bulan saja. Dan paska itu sama sekali tidak ada hukuman lagi, karena dianggap si Boy sudah sembuh dengan permanen.
Dan saat tulisan ini dibuat, Alhamdulillah sudah 7 bulan berturut-turut si Boy tidak mengompol lagi. Ini berarti si Boy sudah sembuh dari kebiasaan yang selama ini menjadi masalah besarnya.