Ditulis oleh : Sriyono, S.Kom.
Hari itu pekan pertama si Boy memulai
hidup baru di sekolah berasrama. Dengan
diantar mitra daerah Jambi, si Boy pun
merasa bahagia dan rasa penuh haru disambut oleh kakak kelas yang sangat ramah.
Walaupun tidak diantar oleh ayah dan ibunya seperti beberapa teman lain yang
diantar dan dilepas oleh kedua orang tuanya yang dicintainya. Ditambah lagi
setelah dua hari di sekolah berasrama itu, dirayakanlah hari wisuda angkatan sebelumnya
yang cukup meriah walaupun sederhana. Wah… semakin aku terharu dan yang pasti
memperkuat tekadku untuk sukses disekolah barunya ini, “gumam si Boy”.
Tapi ditengah-tengah rasa bahagia itu
terselip perasaan was-was yang selama ini ditakutkan oleh ibunya saat awal
memutuskan untuk belajar disekolah berasrama. Pada awalnya, Ibu yang
dicintainya mengkhawatirkan kalau belajar disekolah berasrama akan membuat
pihak sekolah kewalahan menangani kebiasaan yang sudah dialaminya sejak kelas 2
Sekolah Dasar, yaitu mengompol saat tidur malam. Bahkan pada saat ada keinginan
dari Si Boy untuk melanjutkan sekolah jauh dari orang tua yaitu berasrama,
sempat ibu melarangnya. Namun tekad si Boy sanggat luar biasa, sehingga dapat
membendung kekhawatiran dari ibunya.
Pandangan hari pertama
Saat hari pertama si Boy menginjakkan
kakinya di kampus SMART Ekselensia Indonesia ia ditempatkan Asrama, nama
Asramanya adalah Darussalam. Seperti tahun-tahun yang lalu, setiap akan
kedatangan siswa baru disiapkan fasilitas kamar yang baru, khususnya kasur,
seprai, selimut dan lain-lain. ”Sudah dapat ditebak, pastilah terasa menyengat aroma
barang-barang baru dikamar tersebut”. Dan saat memasuki kamar dengan fasilitas
baru tersebut, tiba-tiba terlintas dengan jelas dibenak si Boy dari ungkapan
terakhir ibunya, “Nak… jangan ngompol
lagi disana ya…? Takut ngerepotin sekolah…!” dengan nada yang memelas dan mata ibunya
yang berkaca-kaca. Kata-kata ini lah yang membuat aku was-was…. Tegas si Boy
dalam fikirannya yang selalu terinyang-iyang.
Kekhawatiran itu terjadi, gimana ya...
Dan ternyata benar, apa yang
dikhawatirkan dan diwanti-wanti oleh ibuku, terbukti juga. Hari pertama saja
aku sudah ngompol. Waduh, gawat nih, jangan sampai ketahuan teman-teman dan
wali asramaku, gumam si Boy. Hari-hari pun berlalu, kini semua siswa diasramaku
dan wali Asrama sudah mengetahui semua yang selama ini aku khawatirkan dan
sembunyikan, semakin menambah kebingunganku banyak teman-teman yang mengejekku,
maklumlah siswa kelas 1 SMP masih seneng-senengnya mengejek. Dan dibenakku kadang-kadang
muncul pertanyaan besar dan kepasrahan, “mengapa aku dilahirkan sebagai anak
yang tukang ngompol..? ya.. Allah, bantulah aku agar tidak ngopol lagi…. Aku
malu ya Allah…, tolonglah aku ya Allah…, ku sampaikan doa ini berulang-ulang,
sampai suatu ketika terasa saat mengungkapkan doa ini membuat dada bergemuruh
dan terkadang sampai meneteskan air mata.
Pertemuan khusus dengan Wali Asrama
Malam
itu sekitar jam delapan, selepas makan malam Wali Asramaku Ust. Rio
menghapiriku dan kami dialog sampai jam sepuluhan. Ditengah-tengah dialog itu fikiranku
melayang dan aku merasa kok masih ada orang yang mau memperhatikan diriku yang
sudah banyak merepotkan dan mengganggu banyak orang dengan kebiasaan yang buruk
ini. Wong ibuku saja yang merupakan ibu kandungku sering kali memaki-maki dan
memarahiku gara-gara kebiasaanku ini bahkan sesekali aku dipukul. Tapi disini aku diberikan perhatian yang sangat
baik dari Ustad-ustadku serasa para ustad disini adalah orang tuaku sendiri
yang penuh perhatian dan kehangatan. Dalam
sela-sela pertemuan itu terjadilah dialog.
Ustad : Boy…, maaf, sebenarnya, Ustad Rio sudah mengetahui
permasalahan yang sedang kamu alami, apalagi teman-temanmu sering mengejek kamu,
ustad memahami bagaimana perasaanmu saat diejek dan ustad yakin kamu juga pasti
engga mau kalo kamu tiap malam mengompol kan..?
Si Boy : Iya Ustad, itu sudah pasti. Bahkan saya merasa malu bahkan
kesal dengan kebiasaan ini. Kenapa Cuma saya yang mengalami masalah ini.
“Dengan nada agak mengeluh”.
Ustad : ya udah, kamu sabar
aja ya…, ini ujian dari Allah. Insyaallah ustad akan bantu kamu agar kamu bisa
keluar dari masalah ini. Tapi kamu harus sungguh-sungguh mau menghilangkan
kebiasaan ngompol ini ya …?
Si Boy : Oke ustad.
Ustad : Dan jangan lupa selalu
berdoa ya…
Si Boy : Insyaallah Ustad…
Terapi demi terapi dilakoni
Setelah pertemuan itu, keesokan
harinya Ustad Rio langsung dialog dengan guru BK dan beberapa hari kemudian
bertemulah si Boy dengan guru BK untuk diterapi, namun kebiasaan itu belum juga
ada perubahan setelah diterapi antara 2-3 pekan, karena memang ini kebiasaan
sejak kecil yang tidak mudah untuk penyembuhannya, dan akhirnya direkomendasikan
kelanjutan terapinya ke Psikolog.
Dan setelah bertemu Psikolog, si Boy
diberi tugas untuk mengangkat kaki tiap pagi bangun tidur dan malam hari
sebelum tidur, ini dilakukan untuk memperkuat otot perut. Dan selalu mensugeti
diri, dengan kalimat positif :”Saya engga
boleh ngompol…!, terus kalimat positif ini diungkapan. Ini dilakoninya sampai dua bulanan. Namun
hasil belum menghampiri si Boy, dan kebiasaan itu masih ada dan tentunya masih sangat
mengganggu.
Dan akhirnya Ust Rio mencoba bertemu
dengan seorang teman yang pernah mempelajari Hypno Therapy, sebut saja namanya
Mas Asrul. Ustad Rio mencoba menjelaskan persoalan yang sedang dialami anak
binaannya ini, dan alhasil Beliau siap membantu dalam proses penyembuhan
kebiasaan ngompol si Boy dan kesepakatan waktu terapi pun segera di tentukan.
Pada pertemuan perdana, Mas Asrul,
Ustad Rio dan Si Boy bertemu dalam suasana kekeluargaan diruang jahit dan disana
kita sengaja mengkondisikan suasana agar Si Boy mau terbuka tentang pengalaman masa
lalunya, baik yang menyenangkan dan juga yang memilukan. Dan ternyata benar,
Alhamdulillah, upaya yang sudah direncanakan membuahkan hasil. Dimana si Boy
mau cerita dengan penuh emosi tentang masa lalunya.
Si Boy cerita bahwa sejak kecil,
sering sekali mendengar ayah dan ibunya bertengkar entah apa yang diributkan,
saya juga engga ngerti “kata Si Boy”. Apalagi ditambah saya sering mengompol
dan ini membuat suasana keluarga semakin engga nyaman. Sering sekali saya jadi
bahan pelampiasan marah dari ibu yang sedang kesal dengan ayah, karena waktu
itu saya suka ngompol. Bahkan engga jarang saya dipukul gara-gara kebiasaan
saya ini terutama kalau mereka habis bertengkar.
Memang semenjak saya masih kelas dua
dan tiga sekolah dasar, walaupun ibu sering marah-marah karena saya ngompol,
tapi ibu masih memberikan perhatian kepada saya, ibu juga masih mau membantuku menjemurkan
kasur, mencucikan celana, sarung atau sepray yang kena ompol. Namun setelah
naek kelas empat, Ibu udah merasa sangat kesal dengan kebiasaanku ini dan ibu
udah engga mau mencucikan lagi semua barang-barang yang kena ompolan saya. Saya
merasa Ibu udah engga mau pedulikan saya tentang masalah ini. Dan mulai detik
itu saya harus mencuci semua pakaian dengan tangan saya sendiri dan saya juga merasa
engga ada perhatian lagi dirumah.
Dan pada saat saya dapet informasi
tentang adanya pendaftaran sekolah bebas biaya di wilayah Bogor, saya langsung
terpikat dan bertekad untuk mengikutinya. Namun saat itu ibu melarangnya,
karena takut saya ngerepotin pihak sekolah dengan kebiasaan ngompol. Begitulah
secuplik cerita yang disampaikannya dan tak terasa si Boy bercerita sudah cukup
lama.
Pertemuan berikutnya, mulailah
dilakukan terapi, yaitu dengan diberikan sugesti dengan cara memasuki alam
bawah sadarnya dengan berbekal informasi dari cerita si Boy kemarin. Dan pada terapi itu, si Boy diajak untuk
melupakan semua masa lalu yang suram dengan men-setting
kembali alam bawah sadarnya dengan hal-hal positif. Ini dilakukan beberapa kali dalam sepekan. Dan
setelah pekan kedua barulah ada sedikit pengaruh, dimana Si Boy sempat 2 kali
tidak mengompol. Ini merupakan suatu kemajuan yang luar biasa setelah
hari-harinya selalu ngompol. Ustad Rio dan mas Asrul yang membantu terapi ini
merasa lebih optimis kalau usahanya akan berhasil, dan akhirnya merekapun lebih
banyak berdialog untuk melanjutkan terapi ini. Dari pertemuan demi pertemuan
ini diputuskan untuk mentherapi si Boy dengan reward dan punishmen.
Reward setelah ada perubahan
Setelah terlihat ada sedikit
perubahan, maka dibuatlah suatu kesepakatan dengan si Boy, bahwa kalau si Boy
bisa melakukan perubahan lebih baik pekan depan, akan diberikan reward. Akhirnya
hari-hari si Boy, Ustad Rio dan Mas Asrul dijalani dengan penuh optimis. Di
asramapun ustad Rio dan si Boy lebih sering berdialog dan sharring tentang perkembangan.
Bahkan setiap pagi saat ustad rio membangunkannya selalu mengajukan satu
pertanyaan, namun yang unik pertanyaan dan jawabannya hanya dengan bahasa
isyarat, ini dilakukan untuk menghindari ejekan dari teman-temannya. Pertanyaannya
adalah: “ Gimana hari ini..?” dan jawabannya hanya dengan isyarat mengacungkan
jari jempol atau kelingking. Kalau jari jempol berarti tidak mengompol dan jari
kelingking berarti masih ngompol.
Begitu pula saat menjelang tidur malam,
dimana kerap kali ustad mengingatkan untuk terus mensugesti diri dan masuk
kealam bawah sadar untuk membawa ke perubahan. Dan Alhamdulillah dari tujuh
hari ada perubahan, dimana ustad mendapat jawaban 3 kali jempol dan 4 kali
kelingking. Ini artinya ada peningkatan yaitu 3 kali tidak mengompol. Dan
akhirnya sesuai dengan kesepakatan diberilah hadiah berupa makanan ringan. Dan
saat membuka hadiah terlihat si Boy sangat senang karena merasa ada perhatian.
Setelah itu disampaikan lagi ke si
Boy, kalau pekan depan meningkat maka akan diberikan reward yang lebih
meningkat kwalitasnya. Akhirnya si Boy dengan tekad yang kuat siap akan
berusaha untuk melakukan perubahan.
Dan singkat cerita, dipekan
berikutnya dapat dihitung ternyata si Boy memberi jawaban atas pertanyaan
dipagi hari dengan 6 kali jempol dan 1 kali kelingking. Dan ini perubahan yang
sangat significan, akhirnya diberi hadiah berupa baju koko putih, dan si Boy
terlihat sangat senang. Perubahan ini bertahan hingga 3 bulan, namun belum
seratus persen bebas dari ngompol karena jika kecapean atau tidak sempat
mensugesti diri, maka si Boy masih juga mengompol. Namun Ustad dan si Boy tetap
bersepakat untuk terus berusaha dan konsisten untuk selalu mensugesti alam
bawah sadar si Boy agar terus berubah dan terbebas dari ngompol.
Punishmen setelah ada perubahan
Masa lalu si Boy yang selalu di
marahi, di labeling bahkan dipukul karena mengompol tetap masih membekas. Dan
banyak nasehat dari ibu dengan kalimat jangan ngompol, jangan bikin malu dengan
ngompol, jangan nyusahin orang tua dengan ngompol, jangan ngerepotin sekolah
dengan ngompol dan kalimat larangan lainnya justru tidak membuat si Roy tidak
ngompol, bahkan semakin sering ngompol. Untuk itu akhirnya ustad Rio dan mas Asrul
membuat kesepakatan dengan si Boy dengan kesepakatan terbalik dari terapi
sebelumnya, yaitu kalau si Boy bisa merubah perilakunya untuk tidak ngompol 2
pekan berturut-turut, maka akan dihukum dengan push-up seratus kali, akhirnya
si Boy, tersenyum dan mengatakan “ Oke saya siap ustad….” Akhirnya sampai 2
bulan berikutnya ternyata masih belum ada perubahan, karena masih saja ada
ngompol 3-4 kali dalam 2 pekan. Dan pada bulan ke 3, ternyata sempat selama 2
pekan tanpa ngompol dan akhirnya si Boy dapat hukuman push up seratus kali. Tapi
hukuman ini dilakukan dengan bertahap karena si Boy sendiri memang agak jarang
olahraga apalagi push-up. Setelah itu akhirnya tiap 2 pekan sekali si Boy harus
menjalani hukuman push-up 100 sekali, dan ini hanya berlangsung satu setengah
bulan saja. Dan paska itu sama sekali tidak ada hukuman lagi, karena dianggap
si Boy sudah sembuh dengan permanen.
Dan saat tulisan ini dibuat, Alhamdulillah
sudah 7 bulan berturut-turut si Boy tidak mengompol lagi. Ini berarti si Boy
sudah sembuh dari kebiasaan yang selama ini menjadi masalah besarnya.
0 komentar:
Posting Komentar